Expert's Corner

4 Faktor Penyebab Overpaid Talent di Tech Industry

Published on
Min read
7 min read
time-icon
Natasya Primatyassari

Natasya Primatyassari has been dipping her toes into the digital marketing pool since 2018 and has helped numerous companies with their communication needs. Her passion is to make a business sparkle through its useful and engaging content.

4_Faktor_Penyebab_Overpaid_Talent_di_Tech_Industry.png

Perkembangan startup atau perusahaan rintisan yang cukup pesat turut mengangkat harga pasar para pekerja di bidang teknologi. Sebagai contoh, software engineer adalah salah satu posisi yang identik mendapatkan penghasilan di atas rata-rata. Namun, seiring berjalannya waktu, fenomena ini juga rentan mendatangkan masalah baru.

Penyebab overpaid talent di tech industry


Salah satu penyebab overpaid adalah beban kerja yang cukup tinggi. (Sumber: Pexels)

Dengan mempekerjakan overpaid talent, perusahaan dapat berisiko melakukan pemutusan hubungan kerja secara cepat jika sumber pendanaan mulai surut. Selain itu, fenomena ini juga dapat menyulitkan perusahaan-perusahaan lain untuk merekrut talenta tersebut karena nilainya berada di atas rata-rata kemampuan perusahaan. Mengapa hal ini dapat terjadi? Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi fenomena overpaid talent di tech industry.

1. Kelangkaan talenta

Kelangkaan talenta yang menguasai keahlian digital disebut-sebut menjadi salah satu penyebab overpaid talent di tech industry. Dikutip dari dailysocial.id, David Wongso yang bekerja di perusahaan rekrutmen sumber daya manusia mengatakan bahwa ketersediaan SDM belum dapat mengimbangi kebutuhan startup yang terus bertambah di Indonesia hingga tahun 2030 nanti.

Pandemi COVID-19 juga turut mempercepat langkah perubahan ini. Perusahaan konvensional berbondong-bondong mendigitalisasi bisnis mereka agar memungkinkan karyawan bekerja dari rumah dengan aman dan pelanggan dapat mengakses produk atau jasa yang mereka tawarkan secara online. Hal ini yang menyebabkan ketimpangan neraca permintaan dan suplai talenta digital makin nyata.

2. Lompatan jenjang karier

Faktor lain yang ditemukan oleh David Wongso adalah struktur ramping startup sering kali menyebabkan sejumlah karyawan mengalami lompatan jenjang karier yang relatif lebih cepat dari level manajemen junior ke manajemen senior. Oleh karena itu, menurut David seperti dilansir dari dailysocial.id, tidak mengherankan jika celah yang sangat besar tersebut membuat remunerasi bagi sejumlah karyawan membengkak.

Hal senada diungkapkan oleh Rendibukan nama sebenarnyaalumni Gojek dengan keahlian di bidang pemasaran. Menyandang status sebagai alumni Gojek, Rendi berhasil memuluskan jalannya untuk bergabung ke startup lain sekaligus melompati manajemen level menengah saat berpindah ke perusahaan yang baru. Ia menyetujui kebiasaan startup yang rela menggelontorkan uang yang cukup besar untuk remunerasi kandidat yang diinginkan. Namun, masih menurut Rendi, hal tersebut tidak berlaku di semua level dan tempat. Di tempat ia bekerja sebelumnya, imbalan fantastis hanya terjadi di level manajemen senior, tetapi tidak di level junior dan menengah.

3. Kompetisi dengan perusahaan lain

Setiap perusahaan pasti ingin mendapatkan karyawan-karyawan terbaik. Namun, mengingat bakat-bakat hebat sangat sulit untuk diperoleh, hal ini menyebabkan persaingan yang ketat antar perusahaan. Bahkan mereka tidak sungkan untuk saling “membajak” kandidat terbaik dengan menawarkan angka yang fantastis mulai dari belasan hingga puluhan juta.

Sebagai contoh, dilansir dari cnbc.com, raksasa teknologi China ByteDance berhasil “membajak” lebih dari dua lusin karyawan dari kantor Facebook AS pada tahun 2019 dengan menawarkan kenaikan gaji sebesar 20%. Situasi seperti ini tentunya akan sangat melelahkan, terlebih bagi perusahaan kecil untuk mendapatkan kandidat yang sesuai secara konsisten. Mereka akan kesulitan bersaing dengan perusahaan yang sudah memiliki modal besar.

Baca juga : MNC Group akuisisi saham Anterin

4. Tingginya tuntutan dan beban kerja

Selain ketiga faktor di atas, tuntutan dan beban kerja yang tinggi juga menjadi salah satu hal yang menyebabkan terjadinya fenomena overpaid talent di tech industry. Dilansir dari dailysocial.id, Haryotomo Wiryasono yang bekerja sebagai konsultan senior di sebuah platform rekrutmen menceritakan alasannya.

Beliau mengatakan bahwa tekanan investor untuk mencapai target pertumbuhan dan dampak yang diincar berujung pada kerja ekstra para penggawa startup. Hal ini berbeda dengan model bisnis perusahaan konvensional yang menitikberatkan pada profit dan keberlangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang meskipun hasilnya pertumbuhan mereka akan lebih lambat. Perlu diingat bahwa startup tidak punya privilege seperti perusahaan konvensional. Salah satu contohnya, Facebook, perusahaan startup tersebut usianya masih belasan tahun tetapi dampak yang ditimbulkan sudah sangat besar.

Tips mengatasi overpaid talent di tech industry


Salah satu cara mengatasi overpaid adalah melakukan evaluasi rutin. (Sumber: Pexels)

Setelah berbulan-bulan susah payah mencari, menemukan, dan merekrut kandidat yang potensial, terkadang recruiter menyadari jika talenta tersebut tidak dapat memenuhi ekspektasi perusahaan. Selain itu, mempertahankan karyawan bergaji tinggi dengan tingkat kontribusi yang rendah juga dapat memicu kecemburuan di antara para pekerja. Dari sisi pemberi kerja, apa yang harus dilakukan agar tidak terjadi ketimpangan? Berikut tips untuk mengatasi overpaid talent di tech industry seperti dikutip dari fm-magazine.com

1. Gunakan skema bonus untuk menyeimbangkan imbalan

Sebagai recruiter, kamu bisa bernegosiasi kepada kandidat untuk menggunakan skema bonus yang akan diberikan ketika karyawan tersebut mencapai target yang ditentukan. Namun, jika kamu sudah terlanjur membuat kesepakatan mengenai nominal remunerasi di awal, kamu dapat memberikan bonus tersebut kepada karyawan lain yang memiliki kinerja baik tetapi menerima gaji yang lebih rendah.

2. Evaluasi kinerja dan buat kesepakatan baru

Kamu bisa menentukan jadwal untuk melakukan evaluasi kinerja kepada kandidat, misalnya setiap 3 atau 6 bulan sekali. Dari evaluasi tersebut akan terlihat kinerja karyawan yang bersangkutan, apakah sudah sesuai dengan imbalan yang diminta, apakah tujuan perusahaan sudah terpenuhi, dan sebagainya. Jika ada target yang tidak tercapai, kamu bisa berdiskusi untuk menentukan langkah berikutnya termasuk membuat kesepakatan baru mengenai skema dan nominal remunerasi.

3. Pertimbangkan untuk melakukan rekrutmen internal

Selain melakukan dua tips di atas, penting juga mempertimbangkan perekrutan internal untuk posisi yang baru. Terkadang sebagai recruiter, kamu tidak sadar memiliki bias terhadap karyawan internal dan hal itu yang membuatmu mengabaikan potensi kandidat yang ada di depan mata. Terlebih lagi, karyawan internal memiliki kelebihan tersendiri karena sudah mengetahui seluk-beluk perusahaan, cara kerja, hingga tujuan yang ingin dicapai.

Frost dan Thompson, Senior Client Partner dari Kohn Ferry, perusahaan global yang bergerak dalam bidang konsultan organisasi, menyatakan bahwa perusahaan terkadang menunjukkan inkonsistensi dengan menolak kenaikan gaji karyawan internal, tetapi menyetujui kenaikan gaji dengan nominal yang sama untuk merekrut kandidat dari luar.

Menurutnya, jika perusahaan mempromosikan seseorang, seharusnya mereka tidak hanya memberi kenaikan 5% atau 6%. Perusahaan harus memberi mereka remunerasi yang sesuai dengan harga pasar dalam posisi baru mereka; tarif yang mungkin akan diberikan kepada kandidat yang datang dari luar. Karena jika hal itu tidak dilakukan, karyawan internal akan mempertimbangkan untuk pindah ke perusahaan lain.

Kesimpulannya, kultur startup memang sangat berpengaruh terhadap iklim tenaga kerja. Beberapa recruiter menganggap label harga tenaga kerja dari startup terlampau mahal. Hal tersebut juga dapat membawa dampak negatif bagi kandidat yang bersangkutan, salah satunya justru akan menjadi beban bagi pekerja ketika mereka tidak mampu memenuhi ekspektasi perusahaan. Gaji di atas rata-rata, bagi talenta digital yang pernah bekerja di startup, dapat tervalidasi jika kandidat tersebut mampu membawa keahliannya untuk berkontribusi secara langsung di perusahaan.

Demikian artikel EKRUT Media Prime kali ini. Selain melalui EKRUT Media, kamu juga bisa memperoleh berbagai informasi dan tips menarik seputar karier melalui YouTube EKRUT Official. Tak hanya itu, jika kamu tertarik mendapatkan berbagai kesempatan untuk mengembangkan karier, sign up EKRUT sekarang juga. Hanya di EKRUT, kamu dapat memperoleh berbagai peluang kerja yang dapat disesuaikan dengan minatmu.

Sumber:

  • cnbc.com
  • dailysocial.id
  • fm-magazine.com
0

Tags

Share

Apakah Kamu Sedang Mencari Pekerjaan?

    Already have an account? Login

    Artikel Terkait

    Header-Pro_Kontra_Pengesahan_RUU_KIA_yang_Mengatur_Cuti_Melahirkan_6_Bulan.png

    Expert's Corner

    Pro Kontra Pengesahan RUU KIA yang Mengatur Cuti Melahirkan 6 Bulan

    Fakhrizal Muttaqien

    09 November 2022
    10 min read
    Infographic_Ekspektasi_Atasan_yang_Ideal_beserta_Alasan_yang_Membuat_Karyawan_Resign.png

    Expert's Corner

    Ekspektasi Atasan yang Ideal dan Alasan yang Membuat Karyawan Resign

    Nurina Ulfah

    05 October 2022
    7 min read
    Header_Individual_Contributor_vs_Manager_Kamu_Tipe_yang_Mana.png

    Expert's Corner

    Individual Contributor vs Manager: Kamu Tipe yang Mana?

    Natasya Primatyassari

    30 September 2022
    8 min read

    Video