Expert's Corner

Fenomena Pekerja SCBD: Kerja di Kawasan Elite dengan Gaji Selangit?

Published on
Min read
7 min read
time-icon
Natasya Primatyassari

Natasya Primatyassari has been dipping her toes into the digital marketing pool since 2018 and has helped numerous companies with their communication needs. Her passion is to make a business sparkle through its useful and engaging content.

Asset_1_1x.png

Kawasan SCBD yang telah menjelma menjadi kawasan elite di Jakarta membawa fenomena-fenomena menarik yang ramai diperbincangkan di media sosial. Selain kejadian yang baru-baru ini viral mengenai Citayam Fashion Week di area SCBD, para pekerja di kawasan tersebut juga kerap menjadi sorotan.

Apa itu SCBD?


SCBD terletak di selatan Jakarta dengan sederet gedung pencakar langit. (sumber: pexels)

Bagi kamu yang tinggal di luar Jakarta mungkin belum familiar dengan SCBD yang merupakan akronim dari Sudirman Central Business District. Dikutip dari scbd.com, kawasan niaga terpadu yang terletak di Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan ini mempunyai area seluas ±45 hektar yang telah berkembang menjadi pusat bisnis premium dengan gedung perkantoran, hunian eksklusif, pusat perbelanjaan modern, dan hotel bintang lima, yang didukung dan dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang sudah terintegrasi.

Penyusunan master plan SCBD sudah dimulai sejak tahun 1987. Sebelum menjadi kawasan bisnis, daerah ini merupakan lahan kumuh. Setelah itu, pada tahun 1992-1993 pemerintah DKI Jakarta mempercayakan proyek transformasi ini kepada PT Danayasa Arthatama. Di tahun 1995, Gedung Artha Graha sudah berdiri sebagai gedung perkantoran pertama di kawasan tersebut dan diikuti oleh pembangunan gedung-gedung yang lain. Hingga kini, SCBD telah berkembang menjadi komplek multifungsi terbaik di Indonesia.

Baca juga: UMR Jakarta 2022 dan Upah Minimum Provinsi (UMP) Lainnya di Indonesia

Fenomena Pekerja SCBD


Pekerja di SCBD terdiri dari berbagai latar belakang yang berbeda. (sumber: pexels)

Menempati kantor di kawasan elite, para pekerja di SCBD lekat dengan stereotipe tertentu. Sebelum masuk kantor, biasanya mereka sudah menenteng gelas kopi di tangan kanan, laptop di tangan kiri, lengkap dengan lanyard perusahaan yang dikalungkan di kemeja.

Terlebih lagi saat muncul video “mbak-mbak SCBD” yang sempat viral di media sosial TikTok, seolah-olah konten tersebut mengaminkan asumsi yang beredar di masyarakat mengenai pekerja SCBD yang mayoritas berpakaian modis, memiliki gaya hidup hedonis, dan berpenghasilan di atas rata-rata. Apakah hal tersebut benar? Berikut fakta di lapangan yang dihimpun dari berbagai sumber.

1. Makan siang di restoran mewah

Karena dikelilingi oleh pusat perbelanjaan yang memberikan beragam pilihan kuliner, banyak orang mengira bahwa para pekerja SCBD selalu makan siang di restoran mewah, seperti Cork & Screw yang berada di Pacific Place.

Dikutip dari kompasiana.com, Adrian Chandra, mantan karyawan SCBD, bercerita bahwa hanya sebagian kecil pekerja yang makan siang di restoran mewah. Beliau mengatakan bahwa kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang menduduki puncak kepemimpinan atau eksekutif dari perusahaan-perusahaan besar yang sedang berkunjung ke sini.

Sebagian besar lainnya memilih makan siang di warung-warung yang ada di basement, pujasera, atau kantin karyawan. Menurutnya, di kawasan SCBD juga masih banyak warung makan yang ramai dikunjungi para pekerja saat makan siang. Rata-rata warung atau kantin karyawan tersebut menawarkan menu dengan harga Rp15-20 ribu. Bahkan tak jarang, beberapa pekerja lebih memilih membawa bekal dari rumah.

Memang tidak dapat dipungkiri jika para pekerja pernah atau sesekali makan di restoran mewah yang bertebaran di kawasan SCBD. Namun, menurut Adrian Chandra, agenda tersebut tidak dapat dijadikan rutinitas harian yang tentunya akan menguras kantong. Terlebih jika memaksakan mengikuti gaya hidup serta tuntutan media sosial yang cenderung hedonis.

2. Pekerja SCBD berasal dari strata sosial tertentu

Stereotipe berikutnya yang beredar di masyarakat adalah pekerja SCBD berasal dari strata sosial tinggi dengan penghasilan di atas rata-rata dan memiliki aset miliaran. Pada kenyataannya, kawasan perkantoran yang terbagi menjadi 25 lot ini memiliki banyak pekerja yang berasal dari berbagai strata sosial dan latar belakang industri, seperti perbankan, minyak dan gas, FMCG, dan law firm.

Menjawab stereotipe ini, Adrian Chandra membagikan pengalamannya selama 6 tahun bekerja di kawasan SCBD. Ia mengaku pernah menemui berbagai macam orang dari kalangan selebritas, pengusaha, pegawai kantoran, dan lain lain. Ia pun mengamati perbedaan karakter mereka. Sebagai contoh, anak-anak fresh graduate yang bekerja di sebuah bank dan senang eksis di media sosial, mereka gemar makan makanan di restoran mewah dan mengunjungi butik ternama di kawasan SCBD hanya untuk sekadar mencoba dan mengunggahnya di media sosial. Namun, ada juga kalangan pengusaha yang memilih bergaya sederhana dan tidak sungkan untuk makan di kantin karyawan.

3. Outfit mahal dan bermerek

Penampilan karyawan SCBD yang cenderung modis juga menimbulkan pandangan bahwa para pekerja di kawasan tersebut mayoritas mengenakan outfit mahal dan bermerek. Salah satu video “mbak-mbak SCBD” yang viral di media sosial bahkan menunjukkan bahwa mereka mengenakan sepatu Tory Burch, lanyard Coach, dan tas Chanel.

Melansir kompasiana.com, Adrian sering kali melihat karyawan-karyawan di kawasan SCBD memakai merek outfit yang umum dikenakan oleh kebanyakan orang. Sepertinya hanya sedikit sekali yang menggunakan outfit mahal dan bermerek seperti yang terlihat dalam video yang viral di media sosial. Namun, bisa jadi para pekerja tersebut dituntut berpenampilan demikian karena mereka bekerja di sektor yang berhubungan dengan pelayanan konsumen, seperti di bagian front office atau di bidang hospitality. Kemungkinan lainnya, bisa jadi mereka adalah golongan pekerja SCBD yang mengutamakan penampilan meskipun harus menguras gaji bulanan atau berhutang.

4. Gaji pekerja SCBD

Segala citra “wah” yang ditampilkan di sosial media menimbulkan rasa penasaran publik mengenai gaji yang diperoleh para pekerja SCBD. Dikutip dari laman media sosial tanya jawab, Quora, John Doe, salah seorang mantan karyawan yang pernah bekerja di kawasan SCBD selama 6 tahun menceritakan pengalamannya. Ia mengatakan bahwa mayoritas orang yang bekerja di kawasan segitiga emas Jakarta dan SCBD itu hanya digaji minimal UMR Jakarta atau sedikit di atasnya (sekitar Rp6-10 juta), hanya sebagian kecil yang berpenghasilan >Rp10 juta, lebih sedikit lagi yang berpenghasilan >Rp30 juta, dan jauh lebih sedikit yang berpenghasilan >Rp50 juta. Bahkan dengan gaji yang diterima setelah bertahun-tahun bekerja di SCBD, John Doe masih melihat rekan kerjanya yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar gizi anaknya.

Chairman Asosiasi Praktisi dan Profesional SDM Future HR, Audi Lumbantoruan, juga mengungkapkan hal serupa. Dilansir dari detik.com, beliau mengatakan bahwa kisaran gaji untuk posisi entry level atau tingkat awal di kawasan SCBD mulai dari Rp6 juta hingga Rp10 juta, sedangkan untuk tingkat senior bisa mencapai Rp12 juta hingga Rp15 juta. Namun, beliau juga mengingatkan untuk tidak menggeneralisasi semua perusahaan karena industri dan model bisnis juga dapat berpengaruh terhadap penghasilan yang diterima. Menurutnya, gaji tergantung dari standar masing-masing perusahaan. Mereka dapat mempertimbangkan pengalaman, latar belakang pendidikan, dan permintaan pasarnya seperti apa.

Baca juga: Perkiraan Pekerjaan yang Paling Dibutuhkan dan yang Akan Berkurang di Tahun 2025

Kesan mewah memang tidak bisa dilepaskan dari perkantoran di kawasan SCBD. Namun, setelah mendengar cerita dari berbagai sumber mengenai pengalaman mereka saat bekerja di kawasan tersebut, rasanya stereotipe mengenai fenomena pekerja SCBD ini kurang tepat. Sebagian kecil pekerja memang sesuai dengan citra yang beredar di masyarakat, tetapi mayoritas hanya karyawan pada umumnya yang sedang mencari rezeki di kawasan ini.

Di sisi lain, ada baiknya juga untuk mengatur ekspektasi kita jika ingin bekerja di kawasan SCBD. Pertimbangkan baik-baik kelebihan maupun kekurangannya dan pilihlah tawaran kerja dengan matang. Kemampuan mengelola keuangan juga menjadi bekal penting bagi para pekerja. Jika hanya menuruti gaya hidup dan tuntutan media sosial tidak akan ada habisnya. Kamu harus pandai memilah skala prioritas agar tidak terjerat dalam risiko hutang konsumtif.

Selain dari artikel EKRUT Media ini, kamu masih bisa memperoleh informasi dan berbagai tips bermanfaat lainnya melalui YouTube EKRUT Official. Nah, jika ingin mengembangkan karier dan mencari pekerjaan baru, kamu cukup sekali sign up EKRUT untuk mendapatkan lebih dari satu kali undangan interview oleh berbagai perusahaan ternama!

Sumber:

  • scbd.com
  • detik.com
  • quora.com
  • kompasiana.com
0

Tags

Share

Apakah Kamu Sedang Mencari Pekerjaan?

    Already have an account? Login

    Artikel Terkait

    Header-Pro_Kontra_Pengesahan_RUU_KIA_yang_Mengatur_Cuti_Melahirkan_6_Bulan.png

    Expert's Corner

    Pro Kontra Pengesahan RUU KIA yang Mengatur Cuti Melahirkan 6 Bulan

    Fakhrizal Muttaqien

    09 November 2022
    10 min read
    Infographic_Ekspektasi_Atasan_yang_Ideal_beserta_Alasan_yang_Membuat_Karyawan_Resign.png

    Expert's Corner

    Ekspektasi Atasan yang Ideal dan Alasan yang Membuat Karyawan Resign

    Nurina Ulfah

    05 October 2022
    7 min read
    Header_Individual_Contributor_vs_Manager_Kamu_Tipe_yang_Mana.png

    Expert's Corner

    Individual Contributor vs Manager: Kamu Tipe yang Mana?

    Natasya Primatyassari

    30 September 2022
    8 min read

    Video