Careers

Kenali latte factor, pengeluaran kecil yang perlu diwaspadai

Published on
Min read
5 min read
time-icon
Gabriela Amelia

Gabriela Amelia has always been interested in the communication and digital industries. Therefore she loves to create engaging contents on various digital platforms.

Kenali_latte_factor__pengeluaran_kecil_yang_perlu_diwaspadai.jpg

Tanpa disadari seringkali dalam kehidupan sehari-hari, kita mengeluarkan uang untuk hal kecil yang tak seberapa harganya namun secara rutin dan berulang. Namun, bila dikalkulasikan pengeluaran untuk hal tersebut nyatanya berjumlah cukup besar. Pengeluaran tersebut dikenal sebagai latte factor. Latte factor seringkali menggerogoti finansial generasi milenial. 

Agar kamu tidak terjebak di dalamnya, berikut informasi lengkapnya yang perlu kamu ketahui!

Pengertian latte factor

Pengertian latte factor
Latte factor merupakan pengeluaran kecil yang sebenarnya dapat dihindari - EKRUT

Konsep latte factor pertama kali dipopulerkan oleh David Bach, seorang penulis dan motivator keuangan asal Amerika Serikat. Istilah latte merujuk pada secangkir kopi. Menurut Bach, kopi merupakan salah satu contoh pengeluaran kecil yang dilakukan secara rutin oleh sebagian orang yang jika dijumlahkan dalam sebulan total pengeluarannya bisa lebih besar daripada pengeluaran fundamental seperti listrik dan air. 

Tidak hanya merujuk pada secangkir kopi, latte factor merujuk pada segala pengeluaran kecil yang bersifat rutin, namun sebenarnya tidak terlalu penting dan bisa dikurangi bahkan ditiadakan. Maka dari itu, setiap orang dapat memiliki latte factor yang berbeda-beda. Jika latte factor tersebut ditiadakan dan dialokasikan dananya untuk investasi, kamu bisa mendapatkan hingga 10-11 persen dari investasi tersebut.

Bach mengungkapkan bahwa penyakit finansial ini lebih sering dialami oleh generasi milenial. Hal tersebut terjadi karena generasi milenial sudah terbiasa dengan kecanggihan teknologi. Mereka telah terpapar dengan kemajuan teknologi selama hidupnya, maka dari itu mereka juga lebih mudah mengakses berbagai kehidupan hidup melalui smartphone. Kecanggihan dan kemudahan akses tersebut berdampak pada semakin mudahnya generasi milenial dalam mengeluarkan uang.

Kebiasaan mengeluarkan uang untuk latte factor menyebabkan seseorang sulit untuk menabung apalagi berinvestasi. Mirisnya hal tersebut juga akan mempersulit kamu dalam meraih mimpi seperti membeli rumah. Pasti kamu tidak menginginkan hal tersebut, kan?

Sebagai karyawan kebebasan finansial menjadi impian yang ingin diwujudkan. Menurut Forbes, konsep latte factor dapat kita pelajari untuk dapat mencapai kebebasan finansial. Konsep ini mengajarkan bahwa sekecil apapun uang yang kamu miliki dapat sangat berarti bagi perkembangan finansialmu dan kamu memiliki kontrol yang besar terhadap hal tersebut. Jika kamu memilih untuk menyimpan uang tersebut dibandingkan menghabiskannya untuk latte factor, kamu akan membangun kekayaan di masa mendatang.

Bach menganggap bahwa latte factor mungkin dapat memberikanmu kebahagiaan secara instan, namun kamu tidak akan mendapatkan kebahagiaan yang abadi. Bahkan, sangat mungkin jika di kemudian hari kamu malah menyesal karena telah mengeluarkan sejumlah uang untuk hal yang tidak terlalu penting.

Baca juga: Memahami financial freedom dan 6 cara tepat mencapainya

Contoh latte factor

Contoh latte factor
Transportasi online termasuk salah satu latte factor - EKRUT

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, setiap orang memiliki latte factor-nya masing-masing. Dilansir dari Tirto.id, menurut survei dari Bank Permata yang dilakukan pada tahun 2017, berikut pengeluaran yang dapat digolongkan sebagai latte factor:

  • Biaya transfer ATM dan tarik tunai.
  • Belanja di luar belanja bulanan. Misalnya pakaian, sepatu, make-up, dan lain sebagainya.
  • Biaya administrasi bank.
  • Beli makanan dan minuman ringan.
  • Taksi atau transportasi online.
  • Air mineral.
  • Kopi.
  • Rokok.

Selain hal-hal di atas, masih banyak hal lagi yang dapat dikategorikan sebagai latte factor. Misalnya langganan majalah dan streaming services, menggunakan jasa asisten rumah tangga setiap hari atau bahkan membeli mobil baru yang tidak dibutuhkan.

Cobalah hitung uang yang harus kamu keluarkan setiap bulannya untuk hal-hal tidak penting tersebut. Sebagai contoh, jika kamu membeli kopi kekinian seharga Rp20.000,- dikalikan 30 hari maka jumlahnya mencapai Rp600.000,-. Jumlah tersebut mungkin lebih besar dari pengeluaran wajib seperti listrik dan air ataupun internet.

Baca juga: 10 Cara mengatur keuangan yang mudah dan efektif

Tips mengatasi latte factor

Tips mengatasi latte factor
Membiasakan diri untuk menabung menjadi salah satu cara menangani latte factor - EKRUT

Sebagai karyawan, menjaga finansial tetap stabil adalah sebuah keharusan, terlebih di masa pandemi sekarang ini. Salah satu cara yang dapat kamu lakukan adalah dengan mengetahui latte factor-mu dan mencoba menanganinya.

Nah, agar kamu tidak bingung untuk memulainya, berikut enam cara mengatasi latte factor yang dapat kamu lakukan.

1. Ketahui kebutuhanmu

Langkah pertama yang harus kamu lakukan adalah mengetahui kebutuhanmu. Kelompokkan kebutuhan tersebut mulai dari yang primer hingga tersier. Dari situ kamu dapat mengetahui kebutuhan apa saja yang penting ataupun kebutuhan yang bisa kamu minimalisir bahkan dihilangkan.

2. Ketahui nilai barang dan tujuan membeli

Sebelum memutuskan untuk membeli sebuah barang ataupun jasa, kamu harus mengetahui value dari barang tersebut. Tanyakan kepada dirimu sendiri apakah barang tersebut dapat menambahkan value diri. Setelah mendapatkan jawabannya, tentunya kamu dapat berpikir lebih rasional. Selain mengetahui nilai barang, kamu juga perlu mempertanyakan kembali tujuan kamu membeli barang tersebut. Apakah kamu benar-benar membutuhkannya atau hanya pemuas keinginan sesaat.

3. Catat pengeluaran dan pemasukan

Agar lebih mudah dalam memonitor keuangan, kamu perlu mencatat pengeluaran dan pemasukan harian mu. Dengan begitu, kamu dapat mengetahui hal apa yang menjadi pengeluaran terbesar dan mengevaluasinya di akhir bulan. Bahkan, dari hasil evaluasi tadi kamu dapat membuat anggaran untuk bulan berikutnya agar pengeluaran mu lebih terjaga.

4. Ketahui cara untuk menghemat pengeluaranmu

Apabila kamu sudah mengetahui pengeluaran apa yang mungkin menjadi latte factor-mu, cobalah cari cara untuk menghemat pengeluaran tersebut. Misalnya kamu sangat boros untuk menonton di bioskop, maka cobalah untuk menyewa film ataupun berlangganan streaming services. Contoh lainnya adalah untuk menghemat biaya makan siang di kantor, kamu bisa coba untuk membawa bekal dari rumah. Ingat ya, terdapat banyak cara untuk berhemat!

5. Miliki manajemen diri yang baik

Latte factor berkaitan erat dengan pemuasan keinginan sesaat dan perilaku impulsif, maka dari itu untuk menghindarinya kamu harus memiliki manajemen diri yang baik. Dengan adanya manajemen diri, kamu tidak akan tergoda untuk membeli barang yang sebenarnya tidak penting dan tidak kamu butuhkan. Kamu bisa mengalokasikan dana tersebut untuk hal yang lebih penting seperti bayar listrik, internet, ataupun investasi demi masa depan.

6. Biasakan menabung dan berinvestasi

Untuk menekan pengeluaran yang tidak penting, kamu perlu membiasakan diri untuk menabung. Mungkin uang yang kamu sisihkan untuk ditabung sekarang terlihat tidak seberapa, namun kamu perlu ingat bahwa inflasi dapat berperan besar disini. Dengan adanya inflasi, nilai uang saat ini akan berbeda dengan nilai uang di masa yang akan datang. Dengan begitu, uang tabunganmu mungkin akan sangat berharga.

Selain menabung, investasi juga dapat menjadi salah satu cara untuk membangun keuanganmu. Dengan begitu, tujuan finansialmu akan lebih mudah untuk tercapai.

Baca juga: 5 Cara mengatur keuangan agar bisa beli rumah

Nah, itulah tadi pembahasan terkait latte factor hingga cara mengatasinya. Semoga bermanfaat bagi kamu yang pastinya ingin mencapai financial freedom. Semangat terus, ya!

SIGN UP EKRUT

Sumber: 

  • forbes.com
  • kompas.com
  • tempo.co
  • tirto.id
0

Tags

Share

Apakah Kamu Sedang Mencari Pekerjaan?

    Already have an account? Login

    Artikel Terkait

    H1_Laporan_Keuangan.jpg

    Lainnya

    6 Contoh Laporan Keuangan Beserta Panduan dalam Penyusunannya

    Algonz D.B. Raharja

    17 November 2022
    5 min read
    Mengenal_Year_Over_Year_(YOY)_dalam_Sebuah_Laporan_Keuangan.jpg

    Expert's Corner

    Mengenal Year Over Year (YOY) dalam Sebuah Laporan Keuangan

    Anisa Sekarningrum

    16 November 2022
    5 min read
    resesi-ekonomi---EKRUT.jpg

    Careers

    Pengertian Resesi Ekonomi beserta Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya

    Maria Tri Handayani

    11 November 2022
    5 min read

    Video