Lainnya

Apa Itu Toxic Work Environment? Inilah 5 Tanda Perusahaan dengan Budaya Kerja Buruk!

Published on
Min read
5 min read
time-icon
Algonz D.B. Raharja

A passionate ecological researcher and writer who loved to learn about SEO and content writing for marketing purposes

H1_Toxic.jpg

Dalam relasi sosial maupun dunia kerja, kita tak bisa lepas dari kondisi di mana kita bertemu dengan orang-orang dengan pengaruh negatif atau menekan kita. Beberapa kondisi inilah yang lantas menempatkan mereka sebagai subjek dari terbentuknya ruang toxic atau berpengaruh buruh. Namun, apa sih yang sebenarnya dimaksud dengan toxic tersebut? Mari kita simak ulasannya berikut ini.

Apa itu toxic?


Toxic adalah kondisi di mana seseorang berpengaruh buruk atau negatif terhadap orang lain (Sumber: Pexels)

Menurut Cambridge Dictionary, lema toxic diartikan sebagai suatu hal yang membuat seseorang merasakan kerugian dan perasaan tidak bahagia dalam jangka waktu lama. Dalam beberapa hal, toxic berhubungan dengan relasi, entah itu keluarga, pertemanan, maupun lingkup dunia kerja.

Menurut PsychCentral, berdasarkan kajian perilaku manusia, toxic digunakan untuk menggambarkan seseorang yang menyebabkan kesusahan pada orang lain melalui kata-kata dan tindakan negatif. Hal ini muncul ketika kita memiliki seseorang dalam hidup yang berulang kali menyebabkan kita merasa bingung, cemas, dan stres.

Dalam artian umum, toxic adalah kondisi dimana kita berada di tempat “beracun” dengan pengaruh atau impact negatif atau manipulatif. Kondisi ini bisa datang dari personal individu maupun dalam suatu ruang tertentu secara umum.

Baca juga: Budaya Perusahaan: Tujuan, Tipe, dan 5 Cara Membangunnya

Ciri-ciri sifat toxic


Sifat toxic memiliki ciri utama yaitu menuntut perhatian dan manipulatif (Sumber: Pexels)

Beberapa ciri sifat toxic telah disinggung pada penjelasan definisi di atas, namun secara umum sifat toxic memiliki ciri-ciri khusus yang antara lain adalah sebagai berikut.

1. Selalu menuntut perhatian

Sifat toxic memiliki ciri umum, yaitu memiliki tuntutan lebih menyoal atensi atau perhatian. Ciri-ciri toxic yang satu ini hadir karena seseorang atau sekelompok orang selalu membutuhkan dukungan emosional dengan cukup tendensius. Individu semacam ini juga umumnya memiliki sisi narsistik atau keinginan besar untuk menerima afirmasi dari orang lain.

2. Inkonsistensi

Salah satu ciri-ciri sifat toxic yang lain adalah inkonsistensi. Secara umum, orang toxic hampir selalu berada dalam kondisi tidak konsisten. Hal ini membuat tindakan dan kebiasaan mereka tidak menentu. Sifat ini tentunya membuat orang lain kesulitan untuk beradaptasi dengan sosok toxic tersebut.

3. Menyukai “drama” dan tidak menghargai batasan

Sifat toxic yang lain adalah seseorang yang amat menyukai “drama” dalam relasi sosial serta tidak menghargai batasan privasi orang lain. Sosok seperti ini memiliki tendensi tinggi untuk membuat situasi dramatis dalam konflik maupun menyulut emosi orang lain. Di sisi lainnya, mereka juga tidak memiliki sensitivitas terhadap aspek privat dalam batasan seseorang dan cenderung ingin ikut campur.

4. Manipulatif dan mudah menghakimi (judging)

Sifat utama dari individu atau ruang sosial yang toxic adalah mudah menghakimi (judging) sekaligus manipulatif. Sifat ini muncul karena seseorang menganggap dirinya memiliki hak dan kapasitas lebih untuk menilai seseorang. Selain itu, sosok seperti ini dapat membengkokkan kebenaran, berbohong, melebih-lebihkan sesuatu dan mengambil tindakan apapun meski melukai perasaan orang lain.

Baca juga: 4 Jenis Budaya Kerja dan Ciri Perusahaan dengan Budaya Kerja Baik

Penyebab seseorang menjadi toxic


Perasaan rendah diri dan kondisi mental dapat menjadi penyebab seseorang menjadi toxic (Sumber: Pexels)

Masih merujuk pada PsychCentral, perilaku toxic pada seseorang dapat bermanifestasi dari beberapa pengaruh seperti berikut.

1. Perasaan rendah diri

Perasaan rendah diri dapat menjadi penyebab seseorang menjadi toxic karena terdapat dorongan untuk ingin diperhatikan atau meraih power dari orang-orang di sekitarnya. Perasaan rendah diri bisa mengarah pada beberapa hal, seperti insecure atau cenderung tertutup yang bersifat pasif dan sebaliknya juga bisa menjadi aktif dan melampiaskan perasaan tersebut pada relasi sosial.

2. Kondisi kesehatan mental

Hampir serupa dengan perasaan rendah diri, seseorang bisa menjadi toxic jika ia memiliki gangguan kondisi kesehatan mental seperti narcissistic personality disorder (NPD). Kondisi seperti ini akan mengarahkan seseorang untuk bersikap narsis dan memiliki tendensi khusus terhadap perhatian orang lain.

3. Trauma masa lalu dan pola asuh

Selain dua penyebab di atas, perilaku toxic juga dapat dipengaruhi oleh trauma masa lalu dan pola asuh anak. Hal ini dapat terjadi pada seseorang yang mengalami tekanan atau bullying di masa kecil atau tidak mendapatkan pola asuh ideal dari orang tuanya. Anak yang tumbuh dengan kondisi tersebut tanpa pendampingan tertentu akan cenderung berkembang dengan beban mental tertentu dan dapat mendorongnya untuk berperilaku negatif seperti pengalamannya terdahulu.

Baca juga: Apa Itu Budaya Organisasi? Berikut 7 Karakteristik dan Contohnya

Pengaruh toxic terhadap pekerjaan


Toxic dapat menurunkan produktivitas kerja dan retensi karyawan (Sumber: Pexels)

Dilansir Forbes, perilaku toxic juga dapat berpengaruh terhadap pekerjaan atau tempat kerja. Budaya tempat kerja yang toxic dapat memunculkan permusuhan, gosip, hilangnya rasa percaya, dan keegoisan. Perilaku toxic dalam pekerjaan dapat berpengaruh negatif terhadap komunikasi yang buruk, perebutan kekuasaan, produktivitas, dan perasaan takut untuk berkembang, serta adanya potensi manipulasi antar relasi.

Keberadaan sosok toxic dalam tempat kerja secara psikologis dan emosional dapat memperlambat kinerja tim. Pekerjaan yang harusnya bisa dikerjakan dengan lebih ringkas dapat terhambat karena urusan non-substansial seperti konflik atau persoalan relasional lain. Hal ini secara langsung dapat berpengaruh pada menurunnya tingkat retensi karyawan.

Baca juga: Bahaya Social Engineering! Kenali Jenis dan Cara Mengatasinya

Tanda perusahaan dengan budaya kerja buruk


Perusahaan yang memiliki kultur otoritatif adalah salah satu tanda toxic di tempat kerja (Sumber: Pexels)

Berikut ini adalah lima tanda perusahaan atau tempat kerja dengan budaya kerja buruk menurut Forbes.

1. Memiliki hustle culture

Hustle culture atau budaya hiruk-pikuk secara umum adalah budaya yang seringkali dinormalisasi di tempat kerja dengan manajemen buruk. Budaya ini umumnya dikenal baik oleh perusahaan dengan orientasi laba tinggi dan mengeksploitasi pekerja. Para karyawan cenderung ditekan untuk bekerja lebih lama dengan imbalan tidak sepadan.

Pola pikir yang ditanamkan oleh sebuah perusahaan dengan hustle culture ini adalah semakin banyak jam kerja maka semakin produktif karyawan. Secara tidak langsung, budaya ini mengorbankan kesehatan mental, kehidupan pribadi, serta kesehatan fisik karyawan. Hal ini merupakan tanda perusahaan atau tempat kerja kamu menjadi toxic.

2. Memiliki budaya menyalahkan

Salah satu budaya kerja buruk dalam tempat kerja adalah budaya menyalahkan. Hal ini umumnya terjadi di sebuah hierarki perusahaan yang menyalahkan satu pihak ketika terjadi capaian buruk di perusahaan tersebut. Padahal, dalam konteks suatu pekerjaan, hal tersebut dikerjakan secara kooperatif dalam sebuah tim.

Adanya budaya menyalahkan dapat mendorong orang-orang lebih mudah mengalihkan pertanggungjawaban atau mendelegasikan pekerjaan karena takut disalahkan. Hal ini juga dapat mengurangi komitmen pekerjaan karyawan.

3. Budaya eksklusif

Budaya eksklusif adalah perilaku komunal di sebuah perusahaan yang hanya diisi oleh orang-orang tertentu di mana sifatnya tertutup. Budaya ini berlawanan dengan budaya inklusif sehingga beberapa orang bisa tidak nyaman menjadi diri mereka sendiri. Hal ini umum ditemukan dalam kelompok-kelompok tertentu yang memiliki kebiasaan gosip, atau berkomentar tidak pantas seputar gender, ras, agama, hingga ketidakadilan lain. Pengucilan menjadi salah satu ekses dari budaya eksklusif ini di tempat kerja.

4. Budaya authoritative

Budaya otorisasi atau bertindak otoritatif masih umum ditemui dalam perusahaan atau organisasi secara umum. Budaya kerja jenis ini menjadi toxic karena bersifat kontrol dan kuasa berlebih sehingga cenderung intimidatif terhadap orang lain. Sikap otoritatif ini umumnya terjadi berbasis hierarkis.

Salah satu contoh dari budaya toxic dalam tempat kerja yang bersifat otoritatif adalah adanya hukuman terhadap seorang whistleblower atau seorang kritis. Umumnya, perusahaan dengan budaya toxic macam ini amat tertutup terhadap kritik dari ranah internalnya atau bahkan menolak kebenaran dengan dalih pembuat onar atau kebijakan terselubung seperti menunda promosi karyawan karena pernah mengkritik atasan dan sebagainya.

5. Budaya kerja atas dasar rasa takut

Hampir serupa dengan budaya otoritatif, budaya kerja atas dasar rasa takut menjadi salah satu toxic paling berbahaya bagi karyawan maupun perusahaan itu sendiri. Turunnya retensi karyawan dan juga loyalitas bisa menjadi implikasi dari budaya kerja macam ini.

Kecemasan karyawan yang meningkat umumnya disebabkan rasa takut akan konsekuensi dan potensi kehilangan pekerjaan. Tak hanya itu, budaya toxic jenis ini juga menekan karyawan agar tidak mengatakan atau melaporkan adanya intimidasi, pelecehan, atau perilaku buruk yang dilakukan karyawan lain atau atasan. Hal terburuk yang terjadi adalah karyawan melakukan segala cara dan berlomba-lomba untuk menyenangkan atasan mereka.

Itulah tadi beberapa hal mengenai toxic dan budaya kerja yang buruk. Secara umum, toxic tidak hanya disebabkan oleh seorang individu tetapi juga dapat dilakukan oleh sekelompok orang di suatu tempat kerja. Hal ini yang membuat beberapa tempat kerja seringkali tidak nyaman dan membuat stres. Oleh karena itu, kita perlu waspada dan mengetahui tanda-tanda atau ciri-ciri toxic di sekitar kita.

Baca juga: 12 Cara Mengatasi Capek Kerja Agar Kamu Tidak Langsung Burnout

Bagi kamu yang penasaran bagaimana itu budaya kerja di sebuah perusahaan, kamu perlu kritis dan senantiasa waspada terhadap tempat kerja barumu. Lakukanlah observasi dan analisis relasi sederhana untuk memetakan budaya kerja di tempat kerja kamu.

Sedangkan, bagi kamu yang tengah mencari tempat kerja, EKRUT bisa menjadi rekan profesional buatmu. Sebabnya, EKRUT menyediakan berbagai informasi terkait karier dan kesempatan kerja untuk kamu yang tengah mencari pekerjaan. Kamu hanya perlu klik tautan di bawah ini untuk langsung mendaftar lewat EKRUT dan temukan karier impianmu lewat EKRUT.

Sumber:

  • psychcentral.com
  • webmd.com
  • forbes.com
0

Tags

Share

Apakah Kamu Sedang Mencari Pekerjaan?

    Already have an account? Login

    Artikel Terkait

    cover.jpg

    Lainnya

    Good Governance: Pengertian, 9 Prinsip, Ciri, dan Manfaatnya

    Detty Risetya

    05 December 2022
    5 min read
    H1_Leaderless_Group_Discussion.jpg

    Careers

    Leaderless Group Discussion: Definisi, Kompetensi, hingga Tips Menjalaninya

    Algonz D.B. Raharja

    05 October 2022
    6 min read
    cover_(4).jpg

    Careers

    Pentingnya Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Diri Sendiri

    Detty Risetya

    05 October 2022
    6 min read

    Video