Lainnya

Apa itu bullish dan bearish dalam dunia saham? Berikut penjelasanya!

Published on
Min read
8 min read
time-icon
Sylvia Rheny

A full time learner marketing enthusiast | Digital Marketing | Content Strategist | Full-Stack Digital Marketing RevoU Batch 9

Apa_itu_bullish_dan_bearish_dalam_dunia_saham_Berikut_penjelasanya!.jpg

Mampu mengidentifikasi tren pasar saham adalah bagian penting dari investasi dan perdagangan. Tetapi apakah kamu memiliki kemampuan untuk mengenali tanda-tanda sebelum pasar saham bergerak ke arah tertentu? Pergerakan pasar saham menuju arah tertentu inilah yang disebut dengan tren pasar. Terdapat dua istilah yang terkenal dalam tren pasar saham, yaitu tren bullish dan bearish. Lalu, apa beda keduanya dan apa saja indikator untuk mengetahui tren pasar yang sedang bullish atau bearish? Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.

Apa itu bullish?

Apa itu bullish?
Bullish adalah tren kenaikan harga saham. (Sumber: hpp-investor)

Bersumber dari Economic Times, tren bullish adalah tren kenaikan harga saham industri atau kenaikan indeks pasar secara keseluruhan, yang ditandai dengan kepercayaan investor yang tinggi. Kondisi pasar bullish adalah kondisi ketika investor optimis, biasanya juga ditandai dengan peningkatan indeks pasar sebesar 20 persen. Istilah bullish berasal dari bagaimana banteng sebagai binatang yang menyerang dengan menyapukan tanduknya ke atas, yaitu ke arah yang sama seperti yang diharapkan investor yang optimis.

Baca juga: 10 Sekuritas terbaik Indonesia yang aman digunakan untuk investasi saham

Apa itu bearish?

Apa itu bearish?
Bullish dan bearish adalah dua istilah dalam tren pasar saham. (Sumber: Brooksy)

Tren bearish di pasar keuangan dapat didefinisikan sebagai tren penurunan harga saham industri atau penurunan indeks pasar secara keseluruhan. Tren bearish ditandai dengan pesimisme investor yang kuat tentang skenario penurunan harga pasar. Pasar yang mengalami tren penurunan harga dalam jangka panjang disebut sebagai bear market. Sedangkan orang menyebut saham bearish untuk merujuk pada saham yang harganya sedang turun. Penurunan harga sekitar 20 persen diidentifikasi sebagai tren bearish.

Baca juga: IPO adalah: Pengertian, cara kerja, dan kelebihanya

Bedanya bullish dan bearish

Bedanya bullish dan bearish
Bullish bisa ditandai dengan ekonomi yang menguat. (Sumber: Yahoo)

Agar lebih mudah memahami perbedaan antara bullish dan bearish, kamu dapat melihat perbedaan karakteristik antara keduanya dalam tabel berikut ini. 

Bullish Bearish
Periode kenaikan harga saham yang berkepanjangan (biasanya setidaknya 20% atau lebih selama minimal dua bulan). Periode penurunan harga saham yang berkepanjangan.
Ekonomi yang kuat atau menguat. Ekonomi yang lemah atau melemah.
Kepercayaan dan optimisme investor yang tinggi. Kepercayaan dan optimisme investor yang rendah.

Baca juga: ROE adalah: Pengertian, 2 faktor yang memengaruhi, dan cara menghitungnya

Penyebab naik turunnya harga saham

Penyebab naik turunnya harga saham
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan bullish. (Sumber: Pexels)

Naik dan turunnya harga saham tentu tidak terlepas dari berbagai faktor. Berikut ini adalah beberapa faktor penyebab naik dan turunnya harga saham.

1. Manipulasi harga saham

Manipulasi harga saham biasanya dilakukan oleh investor yang memiliki modal besar dan telah memiliki pengalaman yang tinggi dalam dunia saham. Cara mereka melakukan manipulasi harga saham adalah dengan memanfaatkan media massa. Manipulasi ini bisa dilakukan dengan meningkatkan atau menurunkan harga saham, sesuai dengan tujuan mereka. 

Meskipun begitu, faktor ini seringnya tidak akan bertahan dalam jangka waktu yang panjang karena bagaimanapun harga saham akan bergantung pada keadaan fundamental perusahaan yang bisa dilihat melalui laporan keuangan.

2. Kepanikan

Sering terjadi investor akan menjual sahamnya dalam keadaan panik karena takut harga saham menjadi lebih turun lagi dengan adanya berita yang memicu sentimen negatif pasar. Fenomena ini sering disebut sebagai panic selling. Tindakan panic selling ini tentu diakibatkan oleh emosi dan ketakutan sesaat sehingga mengabaikan analisis yang lebih rasional. Dengan berita negatif dan tindakan panic selling secara massal ini akan mengakibatkan jatuhnya harga saham dalam periode waktu tertentu. 

Tipsnya, jangan menjual saham yang kamu miliki dalam keadaan panik. Tetap lakukan analisis secara fundamental untuk menemukan jawaban apakah saham yang sedang diberitakan negatif tersebut masih layak untuk ditahan dalam jangka panjang. Ingat kembali bahwa pergerakan dalam pasar saham memang bersifat fluktuatif.

3. Pergerakan rupiah terhadap mata uang asing

Kurs rupiah yang melemah atau menguat terhadap mata uang asing menjadi salah satu faktor yang menyebabkan naik atau turunnya harga saham. Contoh kasusnya dapat dilihat ketika kurs rupiah melemah terhadap USD, maka harga-harga saham dalam IHSG atau Indeks Harga Saham Gabungan juga ikut melemah. Adanya fluktuasi kurs ini tentu bisa berdampak positif maupun negatif bagi perusahaan-perusahaan tertentu, khususnya yang memiliki beban utang mata uang asing.

4. Isu global

Faktor lain seperti keadaan perekonomian global, hubungan perdagangan antar negara, situasi sosial, politik dan keamanan, serta isu-isu lainnya tentu memberikan sentimen kepada perdagangan saham. Misalnya, kenaikan kasus COVID-19 yang diikuti langkah lockdown akan berpotensi mendorong harga-harga saham secara umum menjadi terkoreksi.

5. Kondisi ekonomi makro

Faktor selanjutnya yang berpengaruh adalah kondisi ekonomi makro. Beberapa kondisi yang berdampak langsung terhadap naik turunnya harga saham antara lain:

  • Kenaikan atau penurunan suku bunga yang diakibatkan kebijakan bank sentral Amerika (Federal Reserve).
  • Kenaikan atau penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan nilai ekspor impor yang berakibat langsung pada nilai tukar rupiah terhadap USD.
  • Tingkat inflasi
  • Pengangguran yang tinggi yang diakibatkan berbagai faktor seperti keamanan, kesehatan, dan politik.

Baca juga: Rapat umum pemegang saham dan segala seluk beluknya

Cara menghadapi bullish dan bearish

Cara menghadapi bullish dan bearish
Cara menghadapi bullish dan bearish adalah mengelola risiko secara efektif. (Sumber: Pexels)

Memprediksi arah pasar tentu saja sulit, tetapi itu tidak berarti kamu tidak boleh menentukan posisi. Dengan mengelola risiko secara efektif, kamu akan dapat melindungi modal dan meminimalkan kerugian terlepas dari apakah prospek bullish atau bearish. Kondisi naik dan turun harga saham memang wajar. Jika memang sedang terjadi tren bearish  pada saham yang berfundamental bagus yang kamu pegang, kamu tidak perlu khawatir apalagi hingga melakukan panic selling yang menyebabkan kerugian. 

Selain itu, kamu sebaiknya juga melakukan analisa teknikal, selain untuk meminimalisir kerugian, melakukan analisis teknikal juga bisa membantu kamu untuk mengetahui kapan waktu tepat untuk membeli dan menjual saham.

Baca juga: 15 Orang terkaya di dunia 2021 dan bisnis yang dimilikinya

Indikator untuk mengetahui bullish dan bearish

Indikator untuk mengetahui bullish dan bearish
Indikator bullish bisa diketahui dengan melihat moving average. (Sumber: Pexels)

Untuk mengetahui apakah tren pasar sedang bullish atau bearish, kamu dapat melihat kepada beberapa indikator di bawah ini.

1. Moving average

Moving average adalah salah satu metode paling populer untuk mengidentifikasi tren pasar. Ketika pasar berada di atas level moving average, itu adalah bullish. Jika di bawah, itu adalah bearish. Tetapi metode ini memiliki beberapa kelemahan, tergantung pada periode yang kamu lihat. Tipsnya, kamu bisa memakai dua moving average. Yang satu harus lebih lambat yang lain lebih cepat. Dan, ketika yang lebih cepat di atas lebih lambat maka menandakan pasar bullish, sedangkan ketika di bawahnya, maka menandakan pasar bearish.

2. Candlestick

Pola candlestick menjadi alat yang telah digunakan selama berabad-abad untuk memprediksi arah harga. Ada berbagai pola candlestick yang digunakan untuk menentukan arah dan momentum harga, termasuk three line strike, two black gapping, three black crows, evening star, dan abandoned baby. 

3. Bandingkan dengan IHSG

Cara lain yang dapat kamu gunakan untuk mengetahui apakah pasar sedang mengalami bearish atau bullish adalah membandingkannya dengan IHSG. Membaca tren pergerakan IHSG adalah penting untuk menentukan keputusan-keputusan dalam berinvestasi saham. Tipsnya, jika IHSG naik secara tajam dalam sehari, sebaiknya hindari membeli saham saat momen tersebut. Sebaliknya, jika IHSG mengalami penurunan tajam, kamu disarankan untuk melakukan pembelian saham dengan tetap melakukan analisis fundamental terlebih dahulu.

Namun, perlu diketahui bahwa penggunaan satu indikator saja tidak cukup kuat, kamu tetap disarankan untuk melakukan analisis teknikal atau fundamental agar mendapatkan hasil yang lebih baik.

Baca juga: 9 Cara meningkatkan kemampuan problem solving

Itulah beberapa penjelasan mengenai bullish dan bearish mulai dari pengertian, perbedaan, hingga indikator untuk mengetahui bullish dan juga bearish. Selalu ingat untuk berhati-hati dalam melakukan pembelian atau penjualan saham dan jangan hanya bergantung pada satu indikator saja. 

Sukses dalam berinvestasi pun semakin baik jika didukung dengan karier yang sukses pula. Jika kamu tertarik berpindah kerja dan mengembangkan karier, kamu bisa mendaftarkan diri melalui EKRUT untuk berbagai peluang kerja yang dapat disesuaikan dengan minatmu. 

Dapatkan juga berbagai tips & insight menarik untuk pengembangan karier kamu melalui YouTube EKRUTtv.

sign up EKRUT

Sumber:

  • Economic Times
  • Investopedia
0

Tags

Share

Apakah Kamu Sedang Mencari Pekerjaan?

    Already have an account? Login

    Artikel Terkait

    cryptocurrency.jpg

    Technology

    Apakah Mata Uang Digital dapat Mengatasi Inflasi?

    Widyanto Gunadi

    06 October 2022
    0 min read
    Depositphotos_130855816_s-2015.jpg

    Technology

    Blockchain dan efisiensi industri

    Maria Yuniar

    30 September 2022
    3 min read
    tabungan-berjangka-adalah-EKRUT.jpg

    Careers

    Belajar rutin menabung lewat tabungan berjangka

    Nur Lella Junaedi

    30 September 2022
    5 min read

    Video