Careers

Post-Power Syndrome: Pengertian, Ciri-Ciri, Dampak, dan Cara Menghadapinya

Published on
Min read
6 min read
time-icon
Yohanna Valerie Immanuella

Yohanna has an interest in creative writing, creative thinking, copywriting, project management, and psychological thing. 

Cover_(2)_(1).jpg

Ada banyak gangguan kesehatan mental atau sindrom yang mungkin dialami orang dewasa. Umumnya gangguan kesehatan mental atau sindrom ini dipicu oleh adanya tekanan dan stres selama menempuh pendidikan atau bekerja. Sebut saja burnout, Zoom fatigue, atau memiliki anxiety yang cukup banyak ditemukan dalam masyarakat.

Apabila ketiga gangguan kesehatan mental tersebut pada umumnya terjadi sewaktu seseorang sedang produktif bekerja, ada sebuah sindrom yang baru muncul ketika orang tersebut sudah pensiun atau berhenti bekerja. Sindrom tersebut bernama post-power syndrome.

Apa itu post-power syndrome?


Seseorang yang sudah pensiun rentan terkena post-power syndrome (sumber: Pexels)

Melansir dari Alodokter, post-power syndrome atau sindrom pascakekuasaan adalah ketika seseorang belum sepenuhnya menerima kondisinya yang sudah tidak lagi bekerja alias kehilangan kekuasaan dan wewenang. Sindrom ini umumnya terjadi pada orang dengan usia 50 tahun ke atas. Mereka yang biasanya bekerja dan punya otoritas tinggi masih terjebak dalam bayang-bayang masa lalu sehingga pensiun (tidak melakukan apa-apa) bisa sangat memengaruhi emosinya.

Baca juga: Sudahkah Kamu Memeriksa Kesehatan Mentalmu?

Ciri-ciri seseorang mengalami post-power syndrome

ciri-ciri post-power syndrome
Salah satu gejala sindrom pascakekuasaan adalah kurang bersemangat (sumber: Abby Senior Care)

Ketika seseorang mengalami post-power syndrome, ada beberapa ciri yang ditunjukkannya, baik secara sadar maupun tidak. Adapun ciri-ciri yang dimaksud adalah sebagai berikut.

  • Kurang bersemangat dalam melakukan aktivitas sehari-hari setelah pensiun.
  • Mudah tersinggung, terlebih jika ada seseorang yang berbicara tentang pekerjaan.
  • Menaruh rasa curiga pada banyak orang.
  • Sering kali menarik diri dari pergaulan atau pertemuan dengan orang lain.
  • Cenderung menghabiskan waktu untuk berdiam diri di rumah.
  • Tidak mau kalah dan suka ikut campur secara berlebihan ketika masalah terjadi.
  • Enggan mendengarkan pendapat atau masukan dari orang lain.
  • Merasa diri paling benar.
  • Gemar mengkritik atau mengomentari pendapat orang lain.
  • Suka membicarakan kehebatan dan kekuasaannya di masa lalu.
  • Lebih sering merasa khawatir, putus asa, dan kecewa.

Baca juga: Seberapa Pentingnya Kesehatan Mental Karyawan?

Dampak post-power syndrome terhadap diri sendiri dan orang lain

dampak post-power syndrome
Post-power syndrome bisa memengaruhi diri sendiri dan orang lain (sumber: Adobe Stock)

Seseorang yang mengalami post-power syndrome membawa dampak bagi dirinya sendiri dan orang di sekitarnya, terutama keluarga yang tinggal dengannya. Melansir dari Ruang Mom, dampak yang ditimbulkan bisa mencakup aspek fisik, emosional, dan perilaku.

Seseorang dengan gejala sindrom pascakekuasaan biasanya cepat merasa lelah karena emosi yang tidak stabil. Selain itu, orang tersebut punya kecenderungan terserang hipertensi atau beberapa penyakit lainnya karena stres dan khawatir berlebihan. Tidak hanya karena perubahan drastis dari bekerja menjadi tidak bekerja, orang yang sudah pensiun memang lebih rentan terkena penyakit karena faktor usia.

Secara emosional, orang yang mengalami post-power syndrome lebih mudah tersulut emosi sehingga kesehariannya boleh jadi jauh dari kata damai. Hal ini juga memengaruhi atmosfer keluarga atau orang yang sering berinteraksi dengannya. Apabila orang tersebut sering marah, mudah curiga, dan suka mengkritik, orang-orang di sekitarnya bisa jadi enggan untuk berada di dekatnya.

Emosi yang kurang stabil ini sebenarnya berakar dari perasaan rendah diri, terkejut, dan belum menerima berakhirnya masa-masa kejayaannya. Efeknya biasanya semakin terlihat apabila orang tersebut biasanya memangku jabatan yang cukup tinggi dan mempunyai banyak anak buah. Oleh karena adanya perasaan-perasaan tersebut, perilakunya berubah menjadi menyebalkan.

Baca juga: 10 Aplikasi Kesehatan Mental Terbaik beserta Daftar Harga Layanannya

Cara menghadapi orang dengan post-power syndrome

cara menghadapi post-power syndrome
Menghabiskan waktu dengan keluarga bisa mengatasi gejala post-power syndrome (sumber: Pexels)

Jika kamu punya orang tua yang tengah mengalami sindrom serupa atau kamu sendiri sebentar lagi akan memasuki masa pensiun, ada beberapa tips yang bisa kamu ikuti supaya masa pensiun bisa diterima dengan lebih lapang dada.

1. Mencari kesibukan baru

Orang yang terbiasa sibuk bekerja tentunya terkejut jika tidak lagi mempunyai rutinitas. Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk menerima masa pensiun dengan damai adalah mencari kesibukan baru. Dengan adanya aktivitas yang dikerjakan, bayang-bayang masa lalu yang dirindukan orang tersebut bisa terdistraksi dengan lebih baik. Kebiasaan tersebut bisa bermacam-macam, seperti berkebun, mengurus hewan peliharaan, bermain dengan cucu, atau memulai pekerjaan baru yang tidak terlalu melelahkan.

2. Mendalami hobi, terlebih yang sempat tertinggal karena sibuk bekerja

Mendalami hobi bisa menjadi salah satu kunci untuk menghadapi post-power syndrome. Orang tersebut bisa mengingat kembali hobi yang sebenarnya ingin ia tekuni dari dulu dan meyakinkan dirinya untuk menekuni bidang itu. Hobinya tidak harus besar, seperti merakit furnitur, mengoleksi kendaraan mewah, atau travelling. Hobi yang ditekuni bisa sesederhana membaca atau bersepeda.

3. Merencanakan liburan dengan keluarga atau teman

Semua orang tanpa terkecuali membutuhkan liburan, termasuk orang dengan post-power syndrome yang sudah tidak lagi terikat pada rutinitas atau kewajiban tertentu. Hal ini dilakukan untuk mengusir rasa penat dan bosan. Selain itu, dengan liburan, kedekatan antara anggota keluarga yang satu dan yang lain atau teman yang satu dengan yang lain juga bisa semakin erat. Mengingat liburan memerlukan biaya yang tidak sedikit, jika memungkinkan, ada baiknya jika ada dana khusus liburan untuk mengatasi emosi negatif yang muncul ketika masa pensiun datang.

4. Menjaga komunikasi

Jika orang tua atau ada anggota keluarga yang baru saja memasuki masa pensiun, ada baiknya kamu rutin berkomunikasi dengannya. Selain menjaga tali silaturahmi, kamu bisa membantunya menyingkirkan pikiran-pikiran negatif yang bisa datang kapan saja. Tanyakan kabarnya, bagaimana perasaannya, dan hal apa yang ingin dilakukan. Dengan begitu, ia akan merasa diperhatikan dan tetap disayangi meskipun kekuasaan tidak lagi dipangkunya.

5. Berolahraga secara rutin

Olahraga memang terkenal dapat meningkatkan hormon endorfin yang dapat meningkatkan mood dan membuat tubuh lebih rileks. Oleh sebab itu, untuk mengatasi gejala post-power syndrome, olahraga secara teratur sangat disarankan untuk dicoba.

Baca juga: 5 Cara Menyiapkan Pensiun Sejak Dini

Sebagaimana yang telah kita ketahui, ada waktu memulai, ada pula waktu selesai. Masa pensiun atau berhenti bekerja pasti datang suatu saat nanti. Oleh sebab itu, sambil menunggu waktu itu datang, mari nikmati momen bekerja yang boleh jadi melelahkan dan membosankan ini. Suatu saat nanti, rutinitas ini akan dirindukan.

Selain artikel tentang post-power syndrome, kamu bisa mendapatkan informasi menarik lainnya melalui artikel yang dimuat di EKRUT Media. Jangan lupa juga untuk mengunjungi kanal YouTube EKRUT Official untuk mendapatkan tips karier dan pekerjaan, ya! Jika kamu tertarik mendapatkan berbagai kesempatan untuk mengembangkan karier, sign up EKRUT sekarang juga. Hanya di EKRUT, kamu dapat memperoleh berbagai peluang kerja yang dapat disesuaikan dengan minatmu.

Sumber:

  • alodokter.com
  • ruangmom.com
  • mommiesdaily.com
0

Tags

Share

Apakah Kamu Sedang Mencari Pekerjaan?

    Already have an account? Login

    Artikel Terkait

    H1.jpg

    Careers

    5 Contoh Biografi Diri Sendiri untuk Peluang dan Perkembangan Karier

    Alvina Vivian

    13 February 2023
    6 min read
    H1_1._Cara_Menulis_Artikel_yang_Baik_Untuk_Pemula.jpg

    Careers

    10 Cara Menulis Artikel yang Baik dan Benar untuk Pemula

    Anisa Sekarningrum

    19 December 2022
    5 min read
    ucapan_perpisahan_kerja_-_EKRUT.jpg

    Careers

    Tips Menyampaikan Kata-kata Perpisahan Kerja yang Berkesan beserta Contohnya

    Maria Tri Handayani

    19 December 2022
    7 min read

    Video